Taufik Alhakim, sastrawan Mesir kontemporer, dalam karyanya Asy-Syahid, mengilustrasikan peran iblis di pentas kehidupan. Ia menggambarkan Iblis mengunjungi para pemuka agama supaya mereka memberi saran agar taubatnya diterima Allah SWT.
Semua pemuka agama itu bingung akan permintaan Iblis. Jika taubat iblis diterima, bagaimana akhir cerita kepercayaan tentang dosa warisan dan jalan keselamatan yang merupakan dampak dari dosa Iblis, demikian pikir pendeta Kristen.
Rabi Yahudi pun tidak berdaya. Dalam benaknya dia berkata, bila taubat Iblis diterima, di mana lagi tempat orang-orang Yahudi yang merupakan bangsa pilihan Tuhan di antara bangsa-bangsa lain yang disesatkan Iblis? Imam besar Islam pun tidak berdaya karena kalau taubat Iblis diterima, mau dikemanakan perintah membaca auzubillahi minasy-syaithanir-rajim -- doa mengutuk setan?
Mendengar semua itu, Iblis berteriak, "Eksistensi saya diperlukan bagi terwujudnya kebaikan. Jiwa saya yang penuh kegelapan harus terus demikian, itu agar dapat merefleksikan cahaya Ilahi."
Atas ilustrasi itu, Quraish Shihab menyimpulkan bahwa kehadiran Iblis adalah niscaya. Keniscayaan itu dikehendaki Allah karena hanya dengan demikian manusia mengenal kebaikan. Atas kehendak-Nya juga terjadi pertarungan antara penganjur kebaikan di bawah kepemimpinan para nabi dengan pendorong kejahatan yang dipimpin setan, karena hanya dengan demikianlah dapat diketahui kualitas manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar