Selasa, 20 Desember 2011

PERANG BUBAT DEUI

Kirim :Tirta Guntara
abdi pernah nyerat perkara Perang Bubat di Kaskus. kieu yeuh caritana...

Hayam Wuruk sudah masuk pada usia dimana ia harus memiliki permaisuri. Ia mulai mencari permaisuri yang cocok. namun ia tidak menemukan satupun yang cocok. lalu ia mengirimkan seorang pelukis ke Kawali unuk melukiskan wajah Putri Kadatuan di Kawali yang terkenal cantik. ternyata si putri dapat memikat hatinya. lalu ia kirim seorang utusan untuk melamar sang putri. dari sini mulailah Gajah Mada mencium adanya peluang untuk mempengaruhi Sunda. lalu ia membujuk sang Raja agar pernikahan dilakukan di Majapahit. sang Raja mengikti nasihat sang mahapatih. lalu datanglah utusan dari majapahit menemui sang Maharaja Sunda yang bernama Linggabuanawisesa. Linggabuanawisesa setuju atas penawaran ini. alasannya demi memperkuat hubungan Sunda-Majapahit yang sedang redup. belum lagi memang sang putri tidak mau menikah dengan orang Sunda. saaat itu Linggabuanawisesa meminta saran pada kerabat dan pejabat-pejabat kadatuan. adiknya Hyang Bunisora mencuriagai pernikahan ini. karena menurut adat, perkimpoian dilangsungkan di tempat mempelai putri. Bunisora menganjurkan menolak lamaran ini. namun sang Maharaja tetap menyetujui pernikahan ini. akhirnya berangkatlah mereka ke Majapahit. begitu sampai di Bubat, mereka mendirikan kemah. mereka mengirimkan utusan ke majapahit, untuk memberitahukan bahwa sang putri ada di bubat meminta dijemput oleh Raja Majapahit. utusan sunda tidak langsung berurusan dengan Hayam Wuruk. namun ia berurusan dengan Gajah Mada. Gajah Mada menganggap bahwa sang Maharaja harus mengantarkan sang putri ke keraton. namun mengantarkan sang putri ke keraton berarti penyerahan kedaulatan sunda dan mempersembahkan sang putri sebagai upeti. tentunya sang utusan sunda marah karena ini tidak sesuai dengan perjanjian asal. alhasil disampaikanlah berita ini pada Maharaja sunda. Linggabuanawisesa murka atas kebijakan Majapahit. ia meminta pendapat para satrianya. mereka setuju untuk bertempur habis-habisan demi mempertahankan kehormatan. meski mereka tahu bahwa mereka tidak akan menang. semua rombongan sunda bertarung termasuk sang putri. akhirnya para orang Sunda bertempur habis-habisan. dalam pertempuran, Citraresmi sempat melukai Gajah Mada dengan kerisnya. dari pertempuran tersebut yang tersisa dari pihak Sunda hanya satu orang. meskipun menang tetapi kemenangan Majapahit merupakan kemenangan phyrric. Hayam Wuruk tidak tahu menahu atas masalah ini. saat ia mempertanyakan sang putri,ternyata sang putri sudah meninggal. sang Prabu sangat kecewa akan hal ini. ia pergi untuk memberitahukan berita ini sekaligus meminta maaf pada kadatuan Kawali. setelah mendengar kabar ini, Hyang Bunisora langsung mendirikan pemerintahan darurat. karena sang pewaris, Niskala Wastukancana belum cukup umur. sedangkan Gajah Mada, diperkirakan ia tetap menjabat namun ia tidak lagi aktif karena ia terluka oleh keris milik Citraresmi.******

| Free Bussines? |

6 komentar:

  1. TEORI PERANG BUBAT

    ANALISA KITAB KIDUNG SUNDA

    Created by Ejang Hadian Ridwan

    Kalau asumsinya perang dilapangan luas Bubat atau yang sering disebut “Perang Bubat” antara Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Sunda Galuh ini benar-benar terjadi, semua pihak harus menerimanya secara elegan bahwa ini adalah bagian dari peristiwa sejarah yang harus dihormati keberadaanya. Tidak seharusnya dijadikan sentimen kesukuan, dan terlalu picik bila ini dipandang sebagai dendam kesukuan, tidak ada kaitannya, karena ini adalah proses sejarah yang bisa jadi menentukan keberadadaan bangsa Indonesia masa kimi.

    Banyak terdapat informasi penting sebenarnya dari Kitab Kidung Sunda kalau kita analisia, kitab ini merupakan salah satu sumber referensi penguat adanya perang Bubat selain kitab Pararaton, walau kitab resmi kerajaan Majapahit yaitu kitab Negarakertagama, yang sama sekali tidak menyinggung peristiwa besar itu.

    Pupuh I dari kitab kidung Sunda disebutkan nama raja kerajaan Majapahit yaitu Hayam Wuruk, nama Hayam Wuruk ini diangkat juga oleh kitab Pararaton, inilah kaitannya dan kenapa dikatakan bahwa kitab Kidung Sunda dan Pararaton adalah 2 kitab saling menguatkan yaitu dalam peristiwa perang Bubat. Teramat aneh kalau masyarakat menerima sebutan raja Majapahit Sri Rajasanagara dengan Hayam Wuruk, Hayam adalah kata dalam bahasa Sunda yang mempunyai arti Ayam, sedang Wuruk sama kata dalam bahasa Sunda yang mempunyai arti jago lebih kearah jagoan kelahi. Inilah hebatnya yang mempromosikan kitab Pararaton sehingga nama Hayam Wuruk seolah-olah benar nama sebutan atau panggilan dan tidak tanggung-tanggung nama seorang raja besar kerajaan Majapahit. Bahkan pemerintah pun mengakui sebutan itu.

    Informasi lainnya seperti hal-hal yang mustahil, tidak masuk logika dan berbau mistis, seperti petikan ini:

    "Maka beliau (red-Gajah Mada) mengenakan segala upakara (perlengkapan) upacara dan melakukan yoga samadi. Setelah itu beliau menghilang (moksa) tak terlihat menuju ketiadaan (niskala)”

    Kitab Kidung Sunda dilihat dari seluruh isinya berupa narasi untuk sebuah kisah, lebih kearah fiksi fantasi artinya ada hayalan imaginer dari si pembuat atas peristiwa yang diceritakan . Tentu saja kebenaran sejarah untuk narasi seperti ini sangat diragukan bisa jadi tidak ada nilai sejarahnya, bisa jadi pula bawa perang Bubat ini hanyalah rekayasa mengikuti cerita sebelumnya, karena kitab Kidung Sunda ini diterbitan setelah kitab pertama yang memuat kejadian serupa mengenai perang Bubat diterbitkan terlebih dahulu yaitu kitab Pararaton.

    Baiklah dalam hal initidak diperdalam lebih lanjut mengenai keaslian, kebenaran atau kepalsuan dari kitab Kidung Sunda dan Pararaton, tetapi lebih fokus menganalisa isi yang disampaikan oleh kitab Kidung Sunda mengenai kejadian perng Bubat, mari perhatikan petikan dari kitab Kidung Sunda:

    Petikan sebagian kitab Kidung Sunda (terjemahan) Pupuh I :

    “ Maka Madhu kembali ke Majapahit membawa surat balasan raja Sunda dan memberi tahu kedatangan mereka. Tak lama kemudian mereka bertolak disertai banyak sekali iringan. Ada dua ratus kapal kecil dan jumlah totalnya adalah 2.000 kapal, berikut kapal-kapal kecil. Kapal jung. Ada kemungkinan rombongan orang Sunda menaiki kapal semacam ini. Namun ketika mereka naik kapal, terlihatlah pratanda buruk. Kapal yang dinaiki Raja, Ratu dan Putri Sunda adalah sebuah “jung Tatar (Mongolia/Cina) seperti banyak dipakai semenjak perang Wijaya.” (bait 1. 43a.)”.

    Informasi penting yang diperoleh dari sebagian petikan kitab Kidung Sunda diatas salah satunya yaitu mengenai jumlah armada rombongan dari Kerajaan Sunda Galuh, yang terdiri dari 200 buah kapal ukuran kecil, jumlah total armada itu sekitar 2.000 buah perahu terdiri dari sebagian besar jumlah kapal dalam ukuran besar ditambah 200 kapal dalam ukuran kecil.

    selengkapnya di http://menguaktabirsejarah.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. dari komen ejang diatas(sebagai fakta), saya sangat percaya kalo ejang panggilan depannya 'mas..' ;-) bukan 'kang..'.
      atau.. kalo tida ejang adalah orang sunda yang sudah di'netral'kan, terlepas itu proses dinetralkannya oleh asimilasi atau karena kaeunteupan 'giruk' dan 'ruket jeung kumpeni'. peace, ya! it is ye choice, anyway.
      nyantei, bro. saya mah tida akan minta ganti nama provinsi dari JAWABARAT ke priangan/parahyangan, pasundan/pasundaan, etc. besok-besok mah ga tau. hehe.. setiap orang perlu eksistensi kan? dikembalikan keasal, macam timortimur -> timorlest, irian -> papua.. dsb.
      cag.
      salam ka dulur salembur nu tumetep panceg na galur nu temopoho sajatina diri. tetap berjuang jangan sampai punah seperti salah satu suku diibukota yang tinggal cuma di sinetron-sinetron atau cuma hidup di festival-festival tahunan saja, itu pun cuma jadi pkl saja. ..peurih!

      Hapus
  2. Dear Ejang Hadian... kitab kuno adalah sebuah artefak yang isinya tidak boleh dibantah... menjadi dasar untuk memahami kejadian di masa lampau... kitab kuno hanya boleh di ragukan dalam analisa otentifikasi nya misalnya: apakah asli apa tidak, ditulis tahun berapa... sedangkan isi dari kitab kuno tersebut tidak dapat dianalisa kebenaranya apalagi dengan opini... karena ditulis mendekati tahun dimana perang bubat berlangsung kidung sunda adalah refferensi yang paling mendekati kejadian sebenarnya...

    BalasHapus
  3. peristiwa bubat fiksi atau sejarah ??? silahkan baca : http://nationalgeographic.co.id/forum/topic-1857.html. Sebagai bahan analisa.

    BalasHapus
  4. mengapa kitab kidung sunda ada di bali ?

    BalasHapus
  5. @ enjang menurut analisa opini anda ...jika perang bubat memang terjadi apa keuntungannya untuk kedua kerajaan ?

    BalasHapus